Dalam asuhan keperawatan
digunakan pendekatan proses keperawatan sebagai cara untuk mengatasi masalah
klien. Proses keperawatan terdiri dari 5 tahap yaitu : pengkajian keperawatan,
identifikasi, analisa masalah (diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi
dan evaluasi).
1.
Pengkajian
Keperawatan
Dalam memberikan asuhan keperawatan, pengkajian merupakan dasar utama dan hal penting dilakukan oleh perawat. Hasil pengkajian yang dilakukan perawat terkumpul dalam bentuk data. Adapun metode atau cara pengumpulan data yang dilakukan dalam pengkajian : wawancara, pemeriksaan (fisik, laboratorium, rontgen), observasi, konsultasi.
Dalam memberikan asuhan keperawatan, pengkajian merupakan dasar utama dan hal penting dilakukan oleh perawat. Hasil pengkajian yang dilakukan perawat terkumpul dalam bentuk data. Adapun metode atau cara pengumpulan data yang dilakukan dalam pengkajian : wawancara, pemeriksaan (fisik, laboratorium, rontgen), observasi, konsultasi.
a.
Data
subyektif
Adalah data yang dikumpulkan berdasarkan keluhan pasien atau keluarga pada pasien DHF, data obyektif yang sering ditemukan menurut Christianti Effendy, 1995 yaitu :
1.) Lemah.
2.) Panas atau demam.
3.) Sakit kepala.
4.) Anoreksia, mual, haus, sakit saat menelan.
5.) Nyeri ulu hati.
6.) Nyeri pada otot dan sendi.
7.) Pegal-pegal pada seluruh tubuh.
8.) Konstipasi (sembelit).
Adalah data yang dikumpulkan berdasarkan keluhan pasien atau keluarga pada pasien DHF, data obyektif yang sering ditemukan menurut Christianti Effendy, 1995 yaitu :
1.) Lemah.
2.) Panas atau demam.
3.) Sakit kepala.
4.) Anoreksia, mual, haus, sakit saat menelan.
5.) Nyeri ulu hati.
6.) Nyeri pada otot dan sendi.
7.) Pegal-pegal pada seluruh tubuh.
8.) Konstipasi (sembelit).
b.
Data
obyektif :
Adalah data yang diperoleh berdasarkan pengamatan perawat atas kondisi pasien. Data obyektif yang sering dijumpai pada penderita DHF antara lain :
Adalah data yang diperoleh berdasarkan pengamatan perawat atas kondisi pasien. Data obyektif yang sering dijumpai pada penderita DHF antara lain :
1)
Suhu
tubuh tinggi, menggigil, wajah tampak kemerahan.
2)
Mukosa
mulut kering, perdarahan gusi, lidah kotor.
3) Tampak bintik merah
pada kulit (petekia), uji torniquet (+), epistaksis, ekimosis, hematoma,
hematemesis, melena.
4) Hiperemia pada
tenggorokan.
5) Nyeri tekan pada
epigastrik.
6) Pada palpasi teraba
adanya pembesaran hati dan limpa.
7) Pada renjatan
(derajat IV) nadi cepat dan lemah, hipotensi, ekstremitas dingin, gelisah,
sianosis perifer, nafas dangkal.
Pemeriksaan laboratorium pada DHF akan dijumpai :
1)
Ig
G dengue positif.
2)
Trombositopenia.
3) Hemoglobin meningkat
> 20 %.
4) Hemokonsentrasi
(hematokrit meningkat).
5) Hasil pemeriksaan
kimia darah menunjukkan hipoproteinemia, hiponatremia, hipokloremia.
Pada hari ke- 2 dan ke- 3 terjadi leukopenia, netropenia, aneosinofilia, peningkatan limfosit, monosit, dan basofil
1)
SGOT/SGPT
mungkin meningkat.
2)
Ureum
dan pH darah mungkin meningkat.
3) Waktu perdarahan
memanjang.
4) Asidosis metabolik.
5) Pada pemeriksaan
urine dijumpai albuminuria ringan.
2.
Diagnosa Keperawatan
Beberapa diagnosa
keperawatan yang ditemukan pada pasien DHF menurut Christiante Effendy, 1995
yaitu :
a.
Peningkatan
suhu tubuh berhubungan dengan proses penyakit (viremia).
b.
Nyeri
berhubungan dengan proses patologis penyakit.
c.
Gangguan
pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan mual,
muntah, anoreksia.
d.
Kurangnya
volume cairan tubuh berhubungan dengan peningkatan permeabilitas dinding
plasma.
e.
Gangguan
aktivitas sehari-hari berhubungan dengan kondisi tubuh yang lemah.
f.
Resiko
terjadi syok hypovolemik berhubungan dengan kurangnya volume cairan tubuh.
g.
Resiko
infeksi berhubungan dengan tindakan invasif (pemasangan infus).
h.
Resiko
terjadi perdarahan lebih lanjut berhubungan dengan trombositopenia.
i.
Kecemasan
berhubungan dengan kondisi pasien yang memburuk dan perdarahan yang dialami
pasien.
3.
Perencanaan
Keperawatan
a) Peningkatan suhu
tubuh berhubungan dengan proses penyakit (viremia).
Tujuan :
Ø Suhu tubuh normal (36
– 370C).
Ø Pasien bebas dari
demam.
1)
Intervensi
:
Kaji saat timbulnya
demam.
Rasional : untuk
mengidentifikasi pola demam pasien.
2)
Observasi
tanda vital (suhu, nadi, tensi, pernafasan) setiap 3 jam.
Rasional : tanda
vital merupakan acuan untuk mengetahui keadaan umum pasien.
3) Anjurkan pasien untuk
banyak minum 2,5 liter/24 jam.
Rasional :
Peningkatan suhu tubuh mengakibatkan penguapan tubuh meningkat sehingga perlu
diimbangi dengan asupan cairan yang banyak.
4) Berikan kompres
hangat.
Rasional : Dengan
vasodilatasi dapat meningkatkan penguapan yang mempercepat penurunan suhu
tubuh.
5) Anjurkan untuk tidak
memakai selimut dan pakaian yang tebal.
Rasional : pakaian
tipis membantu mengurangi penguapan tubuh.
6) Berikan terapi cairan
intravena dan obat-obatan sesuai program dokter.
Rasional : pemberian
cairan sangat penting bagi pasien dengan suhu tinggi.
b) Nyeri berhubungan
dengan proses patologis penyakit.
Tujuan :
Ø Rasa nyaman pasien
terpenuhi.
Ø Nyeri berkurang atau
hilang.
Intervensi :
1)
Kaji
tingkat nyeri yang dialami pasien
Rasional : untuk
mengetahui berapa berat nyeri yang dialami pasien.
2)
Berikan
posisi yang nyaman, usahakan situasi ruangan yang tenang.
Rasional : Untuk
mengurangi rasa nyeri
3) Alihkan perhatian
pasien dari rasa nyeri.
Rasional : Dengan
melakukan aktivitas lain pasien dapat melupakan perhatiannya terhadap nyeri
yang dialami.
4) Berikan obat-obat
analgetik
Rasional : Analgetik
dapat menekan atau mengurangi nyeri pasien.
c)
Gangguan
pemenuhan kebutuhan nutrisi, kurang dari kebutuhan berhubungan dengan mual,
muntah, anoreksia.
Tujuan :
Kebutuhan nutrisi
pasien terpenuhi, pasien mampu menghabiskan makanan sesuai dengan posisi yang
diberikan /dibutuhkan.
Intervensi :
1)
Kaji
keluhan mual, sakit menelan, dan muntah yang dialami pasien.
Rasional : Untuk
menetapkan cara mengatasinya.
2)
Kaji
cara / bagaimana makanan dihidangkan.
Rasional : Cara
menghidangkan makanan dapat mempengaruhi nafsu makan pasien.
3) Berikan makanan yang
mudah ditelan seperti bubur.
Rasional : Membantu
mengurangi kelelahan pasien dan meningkatkan asupan makanan.
4) Berikan makanan dalam
porsi kecil dan frekuensi sering.
Rasional : Untuk
menghindari mual.
5) Catat jumlah / porsi
makanan yang dihabiskan oleh pasien setiap hari.
Rasional : Untuk
mengetahui pemenuhan kebutuhan nutrisi.
6) Berikan obat-obatan
antiemetik sesuai program dokter.
Rasional : Antiemetik
membantu pasien mengurangi rasa mual dan muntah dan diharapkan intake nutrisi
pasien meningkat.
7) Ukur berat badan
pasien setiap minggu.
Rasional : Untuk
mengetahui status gizi pasien
d) Kurangnya volume
cairan tubuh berhubungan dengan peningkatan permeabilitas dinding plasma.
Tujuan :
Volume cairan terpenuhi.
Intervensi :
1)
Kaji
keadaan umum pasien (lemah, pucat, takikardi) serta tanda-tanda vital.
Rasional : Menetapkan data dasar
pasien untuk mengetahui penyimpangan dari keadaan normalnya.
2)
Observasi
tanda-tanda syock.
Rasional : Agar dapat segera
dilakukan tindakan untuk menangani syok.
3) Berikan cairan
intravena sesuai program dokter
Rasional : Pemberian cairan IV
sangat penting bagi pasien yang mengalami kekurangan cairan tubuh karena cairan
tubuh karena cairan langsung masuk ke dalam pembuluh darah.
4) Anjurkan pasien untuk
banyak minum.
Rasional : Asupan cairan sangat
diperlukan untuk menambah volume cairan tubuh.
5) Catat intake dan
output.
Rasional : Untuk mengetahui
keseimbangan cairan.
e) Gangguan aktivitas
sehari-hari berhubungan dengan kondisi tubuh yang lemah.
Tujuan :
Ø
Pasien
mampu mandiri setelah bebas demam.
Ø
Kebutuhan
aktivitas sehari-hari terpenuhi
Intervensi :
1)
Kaji
keluhan pasien.
Rasional : Untuk
mengidentifikasi masalah-masalah pasien.
2)
Kaji
hal-hal yang mampu atau yang tidak mampu dilakukan oleh pasien.
Rasional : Untuk mengetahui
tingkat ketergantungan pasien dalam memenuhi kebutuhannya.
3) Bantu pasien untuk
memenuhi kebutuhan aktivitasnya sehari-hari sesuai tingkat keterbatasan pasien.
Rasional : Pemberian bantuan
sangat diperlukan oleh pasien pada saat kondisinya lemah dan perawat mempunyai
tanggung jawab dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari pasien tanpa mengalami
ketergantungan pada perawat.
4) Letakkan
barang-barang di tempat yang mudah terjangkau oleh pasien.
Rasional : Akan membantu pasien
untuk memenuhi kebutuhannya sendiri tanpa bantuan orang lain.
f)
Resiko
terjadinya syok hypovolemik berhubungan dengan kurangnya volume cairan tubuh
Tujuan :
Ø
Tidak
terjadi syok hipovolemik.
Ø
Tanda-tanda
vital dalam batas normal.
Ø
Keadaan
umum baik.
Intervensi :
1)
Monitor
keadaan umum pasien
Rasional : memantau kondisi
pasien selama masa perawatan terutama pada saat terjadi perdarahan sehingga
segera diketahui tanda syok dan dapat segera ditangani.
2)
Observasi
tanda-tanda vital tiap 2 sampai 3 jam.
Rasional : tanda vital normal
menandakan keadaan umum baik.
3) Monitor tanda
perdarahan.
Rasional : Perdarahan cepat
diketahui dan dapat diatasi sehingga pasien tidak sampai syok hipovolemik.
4) Chek haemoglobin,
hematokrit, trombosit
Rasional : Untuk mengetahui
tingkat kebocoran pembuluh darah yang dialami pasien sebagai acuan melakukan
tindakan lebih lanjut.
5) Berikan transfusi
sesuai program dokter.
Rasional : Untuk menggantikan
volume darah serta komponen darah yang hilang.
6) Lapor dokter bila
tampak syok hipovolemik.
Rasional : Untuk mendapatkan
penanganan lebih lanjut sesegera mungkin.
g) Resiko infeksi
berhubungan dengan tindakan invasif (infus).
Tujuan : Tidak terjadi infeksi
pada pasien.
Intervensi :
1)
Lakukan
teknik aseptik saat melakukan tindakan pemasangan infus.
Rasional : Tindakan aseptik
merupakan tindakan preventif terhadap kemungkinan terjadi infeksi.
2)
Observasi
tanda-tanda vital.
Rasional : Menetapkan data dasar
pasien, terjadi peradangan dapat diketahui dari penyimpangan nilai tanda vital.
3) Observasi daerah
pemasangan infus.
Rasional : Mengetahui tanda
infeksi pada pemasangan infus.
4) Segera cabut infus
bila tampak adanya pembengkakan atau plebitis.
Rasional : Untuk menghindari
kondisi yang lebih buruk atau penyulit lebih lanjut.
h) Resiko terjadinya perdarahan
lebih lanjut berhubungan dengan trombositopenia.
Tujuan :
Ø
Tidak
terjadi tanda-tanda perdarahan lebih lanjut.
Ø
Jumlah
trombosit meningkat.
Intervensi :
1)
Monitor
tanda penurunan trombosit yang disertai gejala klinis.
Rasional : Penurunan trombosit
merupakan tanda kebocoran pembuluh darah.
2)
Anjurkan
pasien untuk banyak istirahat
Rasional : Aktivitas pasien yang
tidak terkontrol dapat menyebabkan perdarahan.
3) Beri penjelasan untuk
segera melapor bila ada tanda perdarahan lebih lanjut.
Rasional : Membantu pasien
mendapatkan penanganan sedini mungkin.
4) Jelaskan obat yang
diberikan dan manfaatnya.
Rasional : Memotivasi pasien
untuk mau minum obat sesuai dosis yang diberikan.
i)
Kecemasan
berhubungan dengan kondisi pasien yang memburuk dan perdarahan yang dialami pasien.
Tujuan : Kecemasan berkurang.
Intervensi :
1)
Kaji
rasa cemas yang dialami pasien.
Rasional : Menetapkan tingkat
kecemasan yang dialami pasien.
2)
Jalin
hubungan saling percaya dengan pasien.
Rasional : Pasien bersifat
terbuka dengan perawat.
3) Tunjukkan sifat
empati
Rasional : Sikap empati akan
membuat pasien merasa diperhatikan dengan baik.
4) Beri kesempatan pada
pasien untuk mengungkapkan perasaannya
Rasional : Meringankan beban
pikiran pasien.
5) Gunakan komunikasi
terapeutik
Rasional : Agar segala sesuatu
yang disampaikan diajarkan pada pasien memberikan hasil yang efektif.
4.
Implementasi
Pelaksanaan tindakan keperawatan
pada klien anak dengan DHF disesuaikan dengan intervensi yang telah
direncanakan.
5.
Evaluasi Keperawatan.
Hasil asuhan keperawatan pada
klien anak dengan DHF sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Evaluasi ini
didasarkan pada hasil yang diharapkan atau perubahan yang terjadi pada pasien.
Adapun sasaran evaluasi pada
pasien demam berdarah dengue sebagai berikut :
a. Suhu tubuh pasien
normal (36- 370C), pasien bebas dari demam.
b. Pasien akan
mengungkapkan rasa nyeri berkurang.
c. Kebutuhan nutrisi
klien terpenuhi, pasien mampu menghabiskan makanan sesuai dengan porsi yang
diberikan atau dibutuhkan.
d. Keseimbangan cairan
akan tetap terjaga dan kebutuhan cairan pada pasien terpenuhi.
e. Aktivitas sehari-hari
pasien dapat terpenuhi.
f. Pasien akan
mempertahankan sehingga tidak terjadi syok hypovolemik dengan tanda vital dalam
batas normal.
g. Infeksi tidak
terjadi.
h. Tidak terjadi
perdarahan lebih lanjut.
i. Kecemasan pasien akan
berkurang dan mendengarkan penjelasan dari perawat tentang proses penyakitnya.
No comments:
Post a Comment