Sunday, 10 April 2016

PENILAIAN KORBAN


Pelaku pertolongan pertama harus menilai penderita dan kaadaannya sedemikian rupa sehingga dapat melakukan penatalaksanaan penderita dengan baik.

Langkah - langkah penilaian adalah sebagai berikut :
A. Penilaian Keadaan
Pada saat penolong mencapai tempat kejadian sebelum melakukan sesuatu hendaknya dilakukan penilaian keadaan terlebih dahulu, ini bertujuan untuk memperoleh gambaran secara umum tentang kejadian yang sedang dihadapi, faktor-faktor yang akan mendukung atau  menghambat pertolongan pertama.

1.      Bagaimana kondisi saat itu
Apa yang sedang dihadapi, berapa jumlah korban, bagaimana mekanisme kecelakaannya, bagaimana keamanan lingkungannya, rencana pertolongannya, apa saja yang bisa dimanfaatkan saat itu.

2.      Kemungkinan apa saja yang akan terjadi
Bahaya apa yang mungkin terjadi baik secara langsung maupun tidak langsung bagi penolong, penderita, dan orang - orang yang berada di sekitar kejadian, misalnya kemungkinan ledakan, hubungan pendek arus listrik, tanah longsor, perkelahian, kebakaran, dll.

3.      Bagaimana mengatasinya
Penolong melakukan langkah - langkah untuk mengamankan keadaan atau ancaman bahaya dan menentukan tindakan pengamanan bila sesuatu terjadi. Cara - cara mengatasi keadaan secara sederhana dan cepat sehingga bantuan pertolongan tidak akan mengalami kesulitan.

INGAT!!! Amankan diri sendir terlebih dahulu, Keselamatan penolong nomor 1

Di lokasi
Pada saat tiba di lokasi kejadian penolong harus :
> Memastikan keselamatan penolong, penderita dan orang-orang di sekitar kejadian.
> Penolong harus memperkenalkan diri.
> Menentukan keadaan umum kejadian, memulai melakukan penilaian dini penderita.
> Mengenali dan mengatasi gangguan / cidera yang mengancam nyawa.
> Stabilkan penderita dan teruskan pemantauan.
> Minta bantuan bila diperlukan.

Dalam melakukan tugas sebagai penolong, juga diperlukan berbagai informasi untuk menunjang penilaian. Tahukah kamu, informasi dapat kita peroleh dari:
> Kejadian itu sendiri
> Penderita (bila sadar)
> Keluarga (Saksi)
> Mekanisme kejadian
> Perubahan bentuk yang nyata (cedera yang jelas)
> Gejala atau tanda khas suatu cedera atau penyakit.

B. Penilaian Dini
Pada tahap ini penolong harus mengenali dan mengatasi keadaan yang dapat mengancam nyawa penderita dengan cara yang tepat, cepat dan sederhana.

Langkah - langkah penilaian dini :

1.      Kesan umum
Tentukan terlebih dahulu penderita adalah kasus trauma atau kasus medis. 
> Kasus trauma adalah kasus yang biasanya disebabkan oleh suatu ruda paksa/ trauma yang jelas terlihat, tidak jelas terlihat, dan atau teraba, misalnya kasus perdarahan,luka terbuka,  patah tulang, penurunan kesadaran.
> Kasus medis adalah kasus yang diderita oleh seseorang tanpa ada riwayat ruda paksa, misalnya sesak nafas, nyeri dada dan lain - lain.

2.      Pemeriksaan respon
Untuk menentukan tingkat respon seseorang penderita berdasarkan rangsangan yang diberikan penolong ada empat tingkatan :
  A  =  Awas | A = Alert
Penderita sadar dan mengenali keberadaannya lingkungan serta waktu.
  S   =  Suara | V = Voice
       Penderita hanya menjawab / bereaksi bila dipanggil atau mendengar suara.
  N   =  Nyeri | P = Pain
       Penderita hanya bereaksi terhadap rangsangan nyeri yang diberikan penolong, misalnya dicubit, ditekan pada titik tulang dada.
   T    =  Tidak Respon | U = UnRespon
      Penderita tidak bereaksi terhadap rangsangan apapun yang diberikan oleh penolong.

3. Memastikan jalan nafas terbuka dengan baik
Cara menentukan keadaan jalan nafas tergantung dari keadaan penderita apakah ada respon atau tidak.
a.  Pasien dengan respon baik
Perhatikan pada saat penderita menjawab pertanyaan penolong. Adakah gangguan dari suara atau gangguan berbicara.
b.  Pasien yang tidak respon
Bila penderita tidak menderita / cidera spinal gunakan teknik angkat dagu tekan dahi. Sebaliknya bila ada kecurigaan maka gunakan teknik perasat pendorongan rahang bawah.

4.      Penilaian pernafasan
Periksa ada tidaknya nafas dengan cara lihat, dengar, dan rasakan selama 3-5 detik. Ini bertujuan apakah nafas penderita cukup untuk dapat mempertahankan hidupnya, bila ternyata penderita tidak bernafas maka segera lakukan nafas buatan.

5.      Menilai sirkulasi dan menghentikan perdarahan berat
Menilai sirkulasi
> Penderita respon, periksalah nadi radial (pergelangan tangan), pada bayi periksalah pada nadi brakial (bagian dalam lengan atas).

> Penderita tidak respon, periksalah nadi karotis (leher) selama lima sampai 10 detik. Bila tidak ada nadi segera mulai tindakan resusitasi jantung paru.
          
Jangan terpaku pada cidera yang terlihat pastikan dahulu bahwa tidak ada perdarahan yang mengancam nyawa termasuk perdarahan yang tidak terlihat.

6.      Hubungi bantuan
Apabila dirasakan perlu segera minta bantuan rujukan, pesan yang disampaikan harus singkat, jelas dan lengkap.
Penilaian dini harus diselesaikan dan semua keadaan yang mengancam nyawa sudah harus ditanggulangi sebelum pemeriksaan fisik.
Dalam penilaian dini perlu dipertimbangkan prioritas transportasi penderita, apakah harus sesegera mungkin atau dapat ditunda.

C. Pemeriksaan Fisik
Penatalaksanaan korban dilakukan bersamaan dengan pemeriksaan fisik. Memang dalam tutorial yang diberikan, penatalaksanaan korban dilakukan secara teratur dan berurutan namun sering kali di lapangan keadaan korban yang menentukan cara anda sebagai penolong untuk memeriksa.



Setiap kali penolong menemukan gangguan apalagi yang membahayakan nyawa, maka saat itulah penanganan cedera harus dilakukan. Sebaiknya pemeriksaan korban dilakukan dulu secara cepat dan prioritaskan penanganan cedera mana yang harus didahulukan disusun. Jangan sampai penolong terjebak dalam menangani cedera yang tidak penting walau itu adahal hal yang pertama kali ditemukan dan membiarkan cedera yang lebih berat tanpa pertolongan atau terlambat.

Penilaian Terarah tujuannya adalah agar penolong dapat melakukan penatalaksanaan yang terbaik sesuai dengan keadaan yang dihadapi, juga menunjukkan sikap profesional dalam melakukan tindakan pertolongan secepatnya berorientasikan masalah yang dihadapi.

Pada KASUS TRAUMA penilaian korban harus lebih dititik beratkan pada hasil pemeriksaan fisik, baik yang terarah sesuai dengan keluhan korban atau keterangan saksi, mekanisme kejadian atau setelah seluruh pemeriksaan fisik secara menyeluruh selesai dilakukan.

Tanda vital diperiksa dan bila memungkinkan baru dilakukan wawancara untuk memperoleh riwayat korban. Pada umumnya tanda pada kasus trauma jelas terlihat dan teraba, kecuali korban mengalami cedera dibagian dalam tubuh. Pada keadaan ini mekanisme kejadian dan gejala harus dipelajari dan diteliti.

Pada kasus ini kita harus membedakan berdasarkan mekanisme cedera, apakah dinilai cederanya signifikan atau tidak. Contoh untuk cedera yang signifikan adalah :
- Terpental keluar dari kendaraan
- Adanya penumpang lain yang meninggal di ruang yang sama
- Jatuh dari ketinggian lebih dari 5 meter
- Kendaraan terbalik, melaju dengan kecepatan tinggi
- Kecelakaan sepeda motor
- Korban tidak respon atau ada gangguan status mental
- Ada luka tusuk di daerah kepala, dada atau perut

Penentuan signifikan atau tidak juga sangat dipengaruhi oleh mekanisme kejadian dan usia penderita, misalnya hal yang signifikan jika terjadi pada seorang bayi yang jatuh dari ketinggian 1 meter yang dapat berakibat fatal, atau pun orang dewasa yang jatuh dari ketinggian kurang dari 5 meter namun kepala korban yang lebih dahulu ini juga dapat berakibat fatal.

Mekanisme pada korban cedera tidak signifikan:
  • Cari penyebab terjadinya cedera (mekanisme cedera)
  • Wawancarai korban sambil menilai apakah pernafasannya cukup kuat dan ada tanda-tanda perdarahan besar atau tidak
  • Temukan riwayat yang berhubungan dengan kejadiannya dan pemeriksaan sesuai dengan keluhan penderita
  • Nilai tanda vital
  • Lakukan pemeriksaan fisik rinci sesuai dengan kebutuhan
Mekanisme pada korban cedera signifikan adalah:
  • Nilai keadaan dan tentukan kemungkinan penyebab cederanya
  • Wawancarai keluarga atau saksi mata pada saat yang bersamaan lakukan penilaian penderita untuk mengetahui keadaan yang mengancam nyawa. Stabilkan kepada dan leher penderita, periksa jalan nafas, nilai pernafasan dan nadi. Jangan lupa mencari tanda-tanda perdarahan besar
  • Lakukan penilaian trauma cepat, yaitu pemeriksaan fisik menyeluruh secara cepat dan melakukan penatalaksanaannya secara cepat pula, carilah cedera yang menyolok dan membutuhkan penanganan segera
  • Nilai tanda vital bila keadaan korban terkesan tidak stabil
  • Lakukan pemeriksaan fisik rinci bila waktu cukup tersedia
  • Ulangi penilaian tanda vital, catat perubahan yang terjadi
Pada Kasus Medis pelaku pertolongan pertama harus memperoleh riwayat korban lebih dahulu baru dilanjutkan dengan pemeriksaan fisik yang diperlukan serta mencari nilai tanda vital. Hal ini dilakukan mengingat kasus medis umumnya hanya berupa gejala yang dirasakan oleh korban saja. Untuk mendapatkan data yang lengkap penolong harus dapat membuat korban / sumber informasi lain menjelaskan gejalanya secara baik dan jelas.

Di lapangan pada korban sadar biasanya penilaian terarah diatur oleh korban karena dialah yang akan mengeluh. Sangat tidak profesional bila korban mengeluhkan sesuatu tetapi penolong tidak segera menanggapinya. 

Pada kasus ini korban dibagi berdasarkan ada tidaknya respon, untuk yang tidak respon segera lakukan pemeriksaan fisik secara cepat hanya untuk memastikan ada tidaknya trauma, kemudian dilanjutkan dengan pemeriksaan tanda vital. Bila ditemukan adanya perubahan tanda vital di luar batas normal maka anggap korban itu mengalami masalah medis.

Riwayat korban diperoleh dari keluarga atau saksi mata. Untuk korban sadar lakukan tanya jawab terlebih dahulu untuk mencari riwayat penderita, lanjutkan dengan pemeriksaan fisik sesuai dengan keluhan korban. Kasus medis biasanya tidak memerlukan pemeriksaan fisik secara rinci.

Mekanisme pada korban medis yang respon:
  • Mulai dengan tanya jawab dan lanjutkan selama menilai dan menangani korban
  • Ajukan pertanyaan yang mengarah kepada riwayat penyakitnya
  • Lakukan pemeriksaan fisik korban sesuai dengan keluhan yang diberikan saat tanya jawab
  • Nilai tanda vital
Mekanisme pada korban medis yang tidak respon:
  • Berusaha melakukan wawancara atau tanya jawab dengan keluarga atau saksi untuk mencari riwayat penyakit atau penyebabnya, namun disamping itu perlu diperhatikan:
  • Pastikan jalan nafas terbuka dengan baik, pernafasannya baik, ada nadi. Jangan lupa memeriksa ada tidaknya pendarahan besar. Lakukan penatalaksanaan sesuai dengan temuan penolong.
  • Periksa tanda-tanda khas suatu penyakit
  • Nilai tanda vital
Pemeriksaan Fisik
Amati dan raba (menggunakan kedua tangan dan dengan tekanan), bandingkan (simetry), cium bau yang tidak biasa dan dengarkan (suara napas atau derit ), dalam urutan berikut:
1. Kepala
  • Kulit Kepala dan Tengkorak
  • Telinga dan Hidung
  • Pupil Mata
  • Mulut
2. Leher
3. Dada
  • Periksa perubahan bentuk, luka terbuka, atau perubahan kekerasan
  • Rasakan perubahan bentuk tulang rusuk sampai ke tulang belakan
  • Lakukan perabaan pada tulang
4. Abdomen
  • Periksa rigiditas (kekerasan)
  • Periksa potensial luka dan infeksi
  • Mungkin terjadi cedera tidak terlihat, lakukan perabaan
  • Periksa adanya pembengkakan
5. Punggung
  • Periksa perubahan bentuk pada tulang rusuk
  • Periksa perubahan bentuk sepanjang tulang belakang
6. Pelvis
7. Alat gerak atas
8. Alat gerak bawah

Pemeriksaan tanda vital
    • Frekuensi nadi, termasuk kualitas denyutnya, kuat atau lemah, teratur atau tidak
    • Frekuensi napas, juga apakah proses bernapas terjadi secara mudah, atau ada usaha bernapas, adakah tanda-tanda sesak napas.
    • Tekanan darah, tidak dilakukan pemeriksaan oleh KSR dasar
    • Suhu, diperiksa suhu relatif pada dahi penderita. Periksa juga kondisi kulit: kering, berkeringat, kemerahan, perubahan warna dan lainnya
    Denyut Nadi Normal :
    • Bayi : 120 - 150 x /menit
    • Anak : 80 - 150 x /menit
    • Dewasa : 60 - 90 x /menit
    Frekuensi Pernapasan Normal :
    • Bayi : 25 - 50 x /menit
    • Anak : 15 - 30 x /menit
    • Dewasa : 12 - 20 x /menit


    No comments:

    Post a Comment