DIAGNOSA KEPERAWATAN
Untuk memberikan keperawatan yang paripurna
digunakan proses keperawatan yang meliputi Pengkajian, Perencanaan, Pelaksanaan
dan Evaluasi.
Pengkajian
1.
Riwayat orang tua :
Ketidakseimbangan golongan darah ibu dan anak seperti Rh, ABO,
Polisitemia, Infeksi, Hematoma, Obstruksi Pencernaan dan ASI.
2.
Pemeriksaan Fisik :
Kuning, Pallor Konvulsi, Letargi, Hipotonik, menangis melengking,
refleks menyusui yang lemah, Iritabilitas.
3.
Pengkajian Psikososial :
Dampak sakit anak pada hubungan dengan orang tua, apakah orang tua
merasa bersalah, masalah Bonding, perpisahan dengan anak.
4.
Pengetahuan Keluarga meliputi :
Penyebab penyakit dan pengobatan, perawatan lebih lanjut, apakah
mengenal keluarga lain yang memiliki yang sama, tingkat pendidikan, kemampuan
mempelajari Hiperbilirubinemia (Cindy Smith Greenberg. 1988)
2.
Diagnosa, Tujuan , dan Intervensi
Berdasarkan
pengkajian di atas dapat diidentifikasikan masalah yang memberi gambaran
keadaan kesehatan klien dan memungkinkan menyusun perencanaan asuhan
keperawatan. Masalah yang diidentifikasi ditetapkan sebagai diagnosa
keperawatan melalui analisa dan interpretasi data yang diperoleh.
1.
Diagnosa Keperawatan : Kurangnya volume cairan sehubungan dengan tidak adekuatnya intake
cairan, fototherapi, dan diare.
Tujuan : Cairan tubuh neonatus
adekuat
Intervensi : Catat jumlah dan
kualitas feses, pantau turgor kulit, pantau intake output, beri air diantara
menyusui atau memberi botol.
2.
Diagnosa Keperawatan : Gangguan suhu tubuh (hipertermi) sehubungan dengan efek
fototerapi
Tujuan : Kestabilan suhu tubuh bayi
dapat dipertahankan
Intervensi : Beri suhu lingkungan
yang netral, pertahankan suhu antara 35,5° - 37° C, cek tanda-tanda vital tiap 2 jam.
3.
Diagnosa Keperawatan : Gangguan integritas kulit sehubungan dengan hiperbilirubinemia
dan diare
Tujuan : Keutuhan kulit bayi dapat
dipertahankan
Intervensi : Kaji warna kulit tiap 8
jam, pantau bilirubin direk dan indirek , rubah posisi setiap 2 jam, masase
daerah yang menonjol, jaga kebersihan kulit dan kelembabannya.
4.
Diagnosa Keperawatan : Gangguan parenting sehubungan dengan pemisahan
Tujuan : Orang tua dan bayi
menunjukan tingkah laku “Attachment” , orang tua dapat mengekspresikan ketidak
mengertian proses Bounding.
Intervensi : Bawa bayi ke ibu untuk
disusui, buka tutup mata saat disusui, untuk stimulasi sosial dengan ibu,
anjurkan orangtua untuk mengajak bicara anaknya, libatkan orang tua dalam
perawatan bila memungkinkan, dorong orang tua mengekspresikan perasaannya.
5.
Diagnosa Keperawatan : Kecemasan meningkat sehubungan dengan therapi yang diberikan pada
bayi.
Tujuan : Orang tua mengerti tentang
perawatan, dapat mengidentifikasi gejala-gejala untuk menyampaikan pada tim
kesehatan
Intervensi :
Kaji pengetahuan keluarga klien, beri pendidikan kesehatan penyebab
dari kuning, proses terapi dan perawatannya. Beri pendidikan kesehatan mengenai
cara perawatan bayi dirumah.
6.
Diagnosa Keperawatan : Potensial trauma sehubungan dengan efek fototherapi
Tujuan : Neonatus akan berkembang
tanpa disertai tanda-tanda gangguan akibat fototherapi
Intervensi :
Tempatkan neonatus pada jarak 45 cm dari sumber cahaya, biarkan
neonatus dalam keadaan telanjang kecuali mata dan daerah genetal serta bokong
ditutup dengan kain yang dapat memantulkan cahaya; usahakan agar penutup mata
tida menutupi hidung dan bibir; matikan lampu, buka penutup mata untuk mengkaji
adanya konjungtivitis tiap 8 jam; buka penutup mata setiap akan disusukan; ajak
bicara dan beri sentuhan setiap memberikan perawatan.
7.
Diagnosa Keperawatan : Potensial trauma sehubungan dengan tranfusi tukar
Tujuan : Tranfusi tukar dapat
dilakukan tanpa komplikasi
Intervensi :
Catat kondisi umbilikal jika vena umbilikal yang digunakan; basahi
umbilikal dengan NaCl selama 30 menit sebelum melakukan tindakan, neonatus puasa
4 jam sebelum tindakan, pertahankan suhu tubuh bayi, catat jenis darah ibu dan
Rhesus serta darah yang akan ditranfusikan adalah darah segar; pantau
tanda-tanda vital; selama dan sesudah tranfusi; siapkan suction bila
diperlukan; amati adanya ganguan cairan dan elektrolit; apnoe, bradikardi,
kejang; monitor pemeriksaan laboratorium sesuai program.
Aplikasi
Discharge Planing.
Pertumbuhan
dan perkembangan serta perubahan kebutuhan bayi dengan hiperbilirubin (seperti
rangsangan, latihan, dan kontak sosial) selalu menjadi tanggung jawab orang tua
dalam memenuhinya dengan mengikuti aturan dan gambaran yang diberikan selama
perawatan di Rumah Sakit dan perawatan lanjutan dirumah.
Faktor yang harus disampaikan agar ibu
dapat melakukan tindakan yang terbaik dalam perawatan bayi hiperbilirubinimea
(warley &Wong, 1994):
1.
Anjurkan ibu
mengungkapkan/melaporkan bila bayi
mengalami gangguan-gangguan kesadaran seperti : kejang-kejang, gelisah, apatis,
nafsu menyusui menurun.
2.
Anjurkan ibu untuk menggunakan
alat pompa susu selama beberapa hari untuk mempertahankan kelancaran air susu.
3.
Memberikan penjelasan tentang
prosedur fototherapi pengganti untuk menurunkan kadar bilirubin bayi.
4.
Menasehatkan pada ibu untuk
mempertimbangkan pemberhentian ASI dalam hal mencegah peningkatan bilirubin.
5.
Mengajarkan tentang perawatan
kulit :
·
Memandikan dengan sabun yang
lembut dan air hangat.
·
Siapkan alat untuk membersihkan
mata, mulut, daerah perineal dan daerah sekitar kulit yang rusak.
·
Gunakan pelembab kulit setelah
dibersihkan untuk mempertahankan kelembaban kulit.
·
Hindari pakaian bayi yang
menggunakan perekat di kulit.
·
Hindari penggunaan bedak pada
lipatan paha dan tubuh karena dapat mengakibatkan lecet karena gesekan
·
Melihat faktor resiko yang
dapat menyebabkan kerusakan kulit seperti penekanan yang lama, garukan .
·
Bebaskan kulit dari alat tenun
yang basah seperti: popok yang basah karena bab dan bak.
·
Melakukan pengkajian yang ketat
tentang status gizi bayi seperti : turgor kulit, capilari reffil.
Hal
lain yang perlu diperhatikan adalah :
1.
Cara memandikan bayi dengan air
hangat (37 -38 ° celsius)
2.
Perawatan tali pusat /
umbilikus
3.
Mengganti popok dan pakaian
bayi
4.
Menangis merupakan suatu
komunikasi jika bayi tidak nyaman, bosan, kontak dengan sesuatu yang baru
5.
Temperatur / suhu
6.
Pernapasan
7.
Cara menyusui
8.
Eliminasi
9.
Perawatan sirkumsisi
10.
Imunisasi
11.
Tanda-tanda dan gejala
penyakit, misalnya :
·
letargi ( bayi sulit
dibangunkan )
·
demam ( suhu > 37 ° celsius)
·
muntah (sebagian besar atau
seluruh makanan sebanyak 2 x)
·
diare ( lebih dari 3 x)
·
tidak ada nafsu makan.
12.
Keamanan
·
Mencegah bayi dari trauma
seperti; kejatuhan benda tajam (pisau, gunting) yang mudah dijangkau oleh bayi
/ balita.
·
Mencegah benda panas, listrik,
dan lainnya
·
Menjaga keamanan bayi selama
perjalanan dengan menggunakan mobil atau sarana lainnya.
·
Pengawasan yang ketat terhadap
bayi oleh saudara - saudaranya.
RENCANA PEMULANGAN POST PARTUM
(DISCHARGE
PLANNING)
1. Pendahuluan
Beberapa tahun terakhir ini sistem
perawatan dan pengobatan telah berubah. Perawatan klien di rumah sakit saat ini
diusahakan untuk mengurangi biaya perawatan dan memberi kesempatan pada
pasien lain yang lebih membutuhkan.
konsekuensinya, tim kesehatan harus membantu klien benar-benar memahami status
kesehatannya dan harus mampu menyiapkan klien merawat dirinya sendiri di rumah
atau di masyarakat.
Pendekatan perawatan klien selama post
partum juga berubah. Klien tidak dianggap lagi orang sakit, tetapi dianggap
suatu proses yang alami dan mereka dianggap sehat. Oleh karena itu klien harus
secepatnya mobilisasi dan mandiri dalam merawat dirinya sendiri. Waktu
perawatan juga berubah, menjadi lebih singkat, bisa hanya 24 jam sampai 72 jam
saja. Dalam waktu yang sesingkat mungkin, klien dan keluarganya harus dibekali
pengetahuan, ketrampilan dan informasi tempat rujukan sehingga klien mampu
merawat dirinya sendiri.
Perawatan yang diberikan merupakan usaha
kolaborasi yang melibatkan ibu dan keluarga, perawat, dokter dan tim kesehatan
lainnya, untuk mencapai kesehatan yang optimal. Untuk semua alasan di atas maka
rencana pemulangan pasien post partum sangat penting karena :
1.
Memudahkan pemantauan kesehatan
setelah pasien pulang ke rumah.
2.
Membuat pasien lebih
bertanggung jawab terhadap kesehatan dirinya.
3.
Berkurangnya biaya pengobatan
dan perawatan, tempat tidur dapat diisi pasien lain
4.
Penggunaan rencana pemulangan
tertulis sangat efektif untuk pedoman pengajaran dan evaluasi serta menjadi
sumber pengetahuan ibu dan keluarga.
Bagi klien post partum, pemulihan kesehatan
setelah melahirkan relatif singkat dan dianggap suatu proses sehat. Persepsi
ini sering kali membuat tim kesehatan berpendapat bahwa ibu dan keluarga tidak
mempunyai kebutuhan dan pelatihan yang khusus, ditambah lagi ada anggapan bahwa
keluarga sedang berbahagia dan siap menerima bayinya. Anggapan ini tentunya
tidak benar karena setiap keluarga post pertum mempunyai kebutuhan dan masalah
tertentu, ibu-ibu primipara bingung dalam merawat dan beradaptasi dengan bayi
dan peran barunya, sedangkan ibu-ibu multipara mungkin bingung dengan masalah
keuangan, anak-anak yang lain serta berhubungan dengan datangnya anggota baru.
Jadi pendekatan dan perhatian dan sikap tim kesehatan, harus sama dengan kedua
kelompok ini. Pada masa perawatan post partum di rumah sakit inilah mereka
menerima pengajaran dan bimbigan untuk mengantisipasi perubahan fisik dan
suasana dalam keluarga di rumah nanti.
Karena kebanyakan ibu dirawat dalam waktu
singkat, maka penting bagi perawat mempersiapkan klien secara sistematis.
Seringkali digunakan paduan format-format. Sebelum ibu pulang sebaiknya rencana
pemulangan sudah dipersiapkan dan perawat masih tetap menyediakan waktu untuk
penguatan dan evaluasi pengetahuan, ketrampilan, dan kondisi mental seluruh
keluarga. Mengingat luasnya dan kompleksnya perawatan terhadap klien post
partum, maka kelompok mambatasi permasalahannya tentang pendidikan kesehatan
pada klien post partum.
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk
memberikan gambaran yang lebih jelas kepada perawat dan tenaga kesehatan
lainnya mengenai rencana pemulangan klien post partum, hal ini akan diuraikan
dalam makalah.
No comments:
Post a Comment