1. Pengkajian
a. Pengkajian
fisik secara umum
b. Riwayat
kesehatan
c. Observasi
pola feses dan tingkah laku sebelum dan sesudah operasi
d. Observasi
tingkah laku anak/bayi
e. Observasi
manifestasi terjadi intususepsi:
-
Nyeri
abdomen paroksismal
-
Anak
menjerit dan melipat lutut ke arah dada
-
Anak
kelihatan normal dan nyaman selama interval diantara episode nyeri
-
Muntah
-
Letargi
-
Feses
seperti jeli kismis mengandung darah dan mucus, tes hemocculi positif.
-
Feses
tidak ada meningkat
-
Distensi
abdomen dan nyeri tekan
-
Massa terpalpasi yang seperti
sosis di abdomen
-
Anus
yang terlihat tidak biasa, dapat tampak seperti prolaps rectal.
-
Dehidrasi
dan demam sampai kenaikan 410C
-
Keadaan
seperti syok dengan nadi cepat, pucat dan keringat banyak
f. Observasi
manifestasi intususepsi yang kronis
-
Diare
-
Anoreksia
-
Kehilangan
berat badan
-
Kadang
– kadang muntah
-
Nyeri
yang periodic
-
Nyeri
tanpa gejala lain
g. Kaji dengan prosedur
diagnostik dan tes seperti pemeriksaan foto polos abdomen, barium enema dan
ultrasonogram
2.
Masalah Keperawatan
1. Nyeri
berhubungan dengan invaginasi usus.
2. Syok hipolemik berhubungan
dengan muntah, perdarahan dan akumulasi cairan dan elektrolit dalam lumen.
3. Ansietas berhubungan dengan
kurangnya pengetahuan, lingkungan yang asing.
4. Inefektif termoregulasi
berhubungan dengan proses inflamasi, demam.
5. Nyeri berhubungan dengan
insisi pembedahan.
3.
Perencanaan
a. Preoperasi
©
Diagnosa
keperawatan: nyeri berhubungan dengan invaginasi usus.
Tujuan: berkurangnya rasa nyeri
sesuai dengan toleransi yang dirasakan anak.
Kriteria Hasil: anak
menunjukkan tanda – tanda tidak ada
nyeri atau ketidaknyamanan yang minimum.
Intervensi:
-
Observasi
perilaku bayi sebagai indikator nyeri, dapat peka rangsang dan sangat sensitif
untuk perawatan atau letargi atau tidak responsive.
-
Perlakuan
bayi dengan sangat lembut.
-
Jelaskan
penyebab nyeri dan yakinkan orangtua tentang tujuan tes diagnostik dan
pengobatan.
-
Yakinkan
anak bahwa analgesik yang diberikan akan mengurangi rasa nyeri yang dirasakan.
-
Jelaskan
tentang intususepsi dan reduksi hidrostatik usus yang dapat mengurangi
intususepsi.
-
Jelaskan
resiko terjadinya nyeri yang berulang.
-
Kolaborasi:
berikan analgesik untuk mengurangi rasa nyeri.
©
Diagnosa
keperawatan: syok hipovolemik berhubungan dengan muntah, perdarahan dan
akumulasi cairan dan elektrolit
dalam lumen.
Tujuan: volume sirkulasi
(keseimbangan cairan dan elektrolit) dapat dipertahankan.
Kriteria
Hasil: tanda – tanda syok hipovolemik tidak terjadi.
Intervensi:
-
Pantau
tanda vital, catat adanya hipotensi, takikardi, takipnea, demam.
-
Pantau
masukan dan haluaran.
-
Perhatikan
adanya mendengkur atau pernafasan cepat dan dangkal jika berada pada keadaan
syok.
-
Pantau
frekuensi nadi dengan cernat dan ketahui rentang nadi yang tepat untuk usia
anak.
-
Laporkan
adanya takikardi yang mengindikasikan syok.
-
Kurangi
suhu karena demam meningkatkan metabolisme dan membuat oksigenasi selama
anestesi menjadi lebih sulit.
-
Kolaborasi:
Lakukan
pemeriksaan laboratorium: Hb/Ht, elektrolit, protein, albumin, BUN, kreatinin.
Berikan
plasma/darah, cairan, elektrolit, diuretic sesuai indikasi untuk memelihara
volume darah sirkulasi.
©
Diagnosa
keperawatan: ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan, lingkungan yang
asing.
Tujuan: rasa
cemas pada anak dapat berkurang
Kriteria hasil:
anak dapat beristirahat dengan tenang dan melakukan prosedur tanpa cemas.
Intervensi:
-
Beri
pendidikan kesehatan sebelum dilakukan operasi untuk mengurangi rasa cemas.
-
Orientasikan
klien dengan lingkungan yang masih asing.
-
Pertahankan
ada orang yang selalu menemani klien untuk meningkatkan rasa aman.
-
Jelaskan
alasan dilakukan tindakan pembedahan.
-
Jelaskan
semua prosedur pembedahan yang akan dilakukan.
b. Post
operasi
©
Diagnosa
keperawatan: nyeri berhubungan dengan insisi pembedahan.
Tujuan:
berkurangnya rasa nyeri sesuai dengan toleransi pada anak.
Kriteria Hasil:
anak menunjukkan tanda – tanda tidak ada nyeri atau ketidaknyamanan yang
minimum.
Intervensi:
- Hindarkan
palpasi area operasi jika tidak diperlukan.
-
Masukkan
selang rektal jika diindikasikan, untuk membebaskan udara.
-
Dorong
untuk buang air untuk mencegah distensi vesika urinaria.
-
Berikan
perawatan mulut untuk memberikan rasa nyaman.
-
Lubrikasi
lubang hidung untuk mengurangi iritasi.
-
Berikan
posisi yang nyaman pada anak jika tidak ada kontraindikasi.
-
Kolaborasi:
Berikan analgesi
untuk mengatasi rasa nyeri.
Berikan
antiemetik sesuai pesanan untuk rasa mual dan muntah.
©
Diagnosa
keparawatan: inefektif termoregulasi berhubungan dengan proses inflamasi,
demam.
Tujuan:
termoregulasi tubuh anak normal.
Kriteria Hasil:
tidak ada tanda – tanda kenaikan suhu.
Intervensi:
- Gunakan
tindakan pendinginan untuk mengurangi demam, sebaiknya 1 jam setelah pemberian
antipiretik.
- Meningkatkan
sirkulasi udara.
- Mengurangi
temperatur lingkungan.
- Menggunakan
pakaian yang ringan / tipis.
- Paparkan
kulit terhadap udara.
- Gunakan
kompres dingin pada kulit.
-
Cegah
terjadi kedinginan, bila anak menggigil tambahkan pakaian.
-
Monitor
temperatur.
-
Kolaborasi:
berikan antipiretik sesuai dengan berat badan bayi.
4. Evaluasi
a. Nyeri
pada abdomen dapat berkurang
b. Syok hipovolemik dapat
teratasi dengan segera melakukan koreksi terhadap keseimbangan cairan dan
elektrolit.
c. Obstrusi usus dapat teratasi
untuk memperbaiki kelangsungan dan fungsi usus kembali normal.
5. PATHWAYS INTUSUSEPSI
No comments:
Post a Comment